Gara-gara Polusi

Gara-gara Polusi

Kringg…

Suara bel pulang terdengar di seluruh penjuru sekolah. Pertanda kegiatan belajar mengajar sudah selesai. Hari sudah sore, keadaan di jalan raya sangat padat karena banyak pekerja yang pulang di waktu yang bersamaan. Udara-udara juga sudah terkontaminasi oleh asap-asap kotor yang keluar dari cerobong asap pabrik. Mengakibatkan polusi yang cukup parah. Aku bergegas pulang bersama Nesya agar tidak sakit akibat polusi ini. Sedangkan Keylin harus mengikuti ekstrakulikuler basket yang dipilihnya. Biasanya aku pulangbersama Nesya dan Keylin naik bus sekolah. Tapi hari ini kami hanya berdua.

Sampai dirumah, kuketuk pintu dan mengucapkan salam.

“Assalamu’alaikum…” Ucapku saat masuk ke rumah.

“Hai Michie … Sebentar ya makannya, aku ganti baju dulu…” Ujarku sambil menggendong Michie naik.

“Meong!” Balas Michie.

 

Setelah berganti pakaian dan menuangkan makanan untuk Michie, aku masuk ke kamar dan menyalakan pendingin ruangan. Lalu rebahan sambil melepas penat karena seharian belajar. Karena bosan, iseng-iseng aku membaca buku online di iPusnas. Tiba-tiba tak sengaja muncul notifikasi berita terkini dari situs berita terpercaya. Karena penasaran, kubuka berita itu dan membacanya. Tapi aku kaget dengan sebuah berita yang sulit untuk kuterima. Mulai besok aku akan belajar dirumah karena polusi. Memang benar sih, akhir-akhir ini banyak sekali polusi di daerahku. Tapi aku tak menyangka akan sampai dijalankan sekolah daring.

 

“Ma, itu yang diberita benar, kah?” Tanyaku saat makan malam bersama Mama.

“Setau mama sih, benar Ell. Soalnya kantor Mama juga sudah mengeluarkan pemberitahuan,” jawab Mama.

“Ih masa iya sih, males banget kalau harus begitu selama dua pekan. Kalau satu pekan sih, masih bisa diterima ya,” ujarku.

“Sabar aja Ell, semoga polusinya cepat menghilang. Kita harus banyak-banyak berdoa.” saran Mama.

“Iya, semoga cepat berakhir ya Ma. Kayaknya aku bakal bosan banget deh Ma. Hehe,” tuturku. Yang dibalas dengan senyuman manis Mama.

Setelah makan malam, aku naik ke kamar dan belajar seperti biasa. Sehabis belajar, aku bersiap untuk tidur. Istirahat, dan menyambut hari esok dengan suasana rumah yang baru. Sesuai kabar dari wali kelasku dan berita.

 

“Elvara, bangun nanti sekolahnya telat gimana?” Seru papa sambil mengetuk pintu kamarku. 

“Heemm… Iya Pa, aku siap siap ya!” Jawabku yang masih mengantuk.

“Cepat ya, jangan tidur lagi.” Lanjut Papa.

“Iya Pa, aku cepat kok.” Sahutku. 

 

Dengan malas, aku berusaha duduk dan merapikan kasur. Tak lupa sebelum mandi, aku tuangkan makanan untuk Michie. Yang sudah mengeong kelaparan sejak aku masih berbalut selimut. Setelah siap, aku langsung turun ke ruang makan. Disana sudah ada Mama yang sedang menyusun piring-piring berisi makanan.

 

“Pagi Ma! Wangi telurnya tercium dari atas loh…” Aku menyapa.

“Pagi juga Ell! Wah iya kah? Yaudah, makan yuk…” Balas Mama riang.

“Iya Ma!” Jawabku tak kalah riang, sambil mengambil piring.

 

Hai, namaku Elvara Putri, kerap disapa dengan Elvara, atau Ell. Aku adalah anak tunggal yang tinggal bersama Mama dan Papa di sebuah rumah yang sederhana. Papa dan Mama bekerja setiap hari dari pagi sampai malam. Walaupun bekerja, Mama selalu menyiapkan bekal untuk kami. Aku bersekolah di tingkat SMP kelas 7. Untungnya jarak dari rumah ke sekolah tidak jauh. Tapi mulai hari ini aku tidak bisa belajar disekolah. Karena kami harus belajar online karena polusi udara yang parah di daerahku tinggal. Akan tetapi, aku sepertinya akan senang belajar daring dari rumah. Tentu saja karena aku bisa memiliki waktu lebih banyak bersama Mama dan Papa.

“Ma, aku sudah selesai makannya. Aku ke kamar ya, mau siap siap belajar.” Pamit ku setelah makan. 

“Iya…” Jawab Mama. 

“Heuh, kenapa harus daring, sih,” cetusku. 

“Semoga nggak bosan deh,” 

“Tapi dengan begini, aku jadi bisa kumpul dengan Mama dan Papa, kan.”

“Jarang juga bisa kumpul-kumpul bersama keluarga lengkap. Biasanya Sabtu-Minggu Papa dinas, padahal setiap hari sudah kerja. Mama pun begitu, dari pagi sampai malam kerja.” Pikirku dalam hati. 

Sampai dikamar, aku menyalakan laptop dan membuka web whatsapp dengan cepat. Lalu menekan tautan zoom yang sudah dikirim oleh wali kelasku. Sambil menunggu pelajaran dimulai, kubuka grup chat ku dengan dua temanku. Nesya dan Keylin. Setelah itu kami belajar bersama lewat aplikasi zoom.

Hari itu aku belajar seperti biasa, walau dengan suasana yang berbeda. Diselingi dengan dua kali istirahat bersama Mama dan Papa. Juga mengobrol bersama saat istirahat, tentu sambil memakan camilan buatan Mama. Aku menyukai kehangatan keluargaku seperti sekarang. Karena jujur, aku sangat jarang makan bersama Mama dan Papa, lengkap. Biasanya hanya dengan Mama, itupun saat makan malam saja. Sedangkan Papa makan malam di kantor karena pulangnya malam. Aku pun dirumah tidak sendirian lagi, tidak seperti biasanya. Pulang sekolah tidak ada orang, akhirnya aku istirahat dikamar. Terkadang aku suka teringat obrolanku dengan Papa.

“Pa, aku senang loh belajar daring. Karena kita jadi bisa kumpul bareng dirumah.” Ujarku saat sedang makan. 

“Maaf ya, Papa kan pulangnya malam terus. Nanti akan Papa usahakan pulang lebih awal.” Jawab Papa. 

“Memangnya Ell tidak kangen dengan teman-teman di sekolah?” Tanya Papa.

“Hemm, tidak terlalu, sih. Soalnya aku lebih kangen dengan Mama dan Papa.” Jawabku sambil tersenyum memperlihatkan gigi.

“Papa juga kangen sama Ell, selama ini Ell kesepian ya? Maafin Mama dan Papa ya.” Ujar Papa sambil menyendok makanannya. 

“Papa tenang aja, Ell kan kuat.” Ucapku.

“Siap, Ell.” Ujar Papa sambil tertawa.

Kembali ke masa kini. Aku masih duduk di depan layar laptop sambil membolak-balik halaman buku. Dengan rasa kantuk yang besar, aku masih terus berusaha bertahan agar tidak terlelap. Tidur adalah salah satu kelemahanku saat belajar. Kalau di kelas yang ramai saja mengantuk, apalagi daring yang belajarnya di kamar? Sudah belajar dikamar, pendingin ruangan dalam mode on pula. Siapa yang tahan tidak akan ngantuk? Tapi aku menepis jauh-jauh keinginan untuk tidur dari pikiran. Walaupun harus bolak-balik ke kamar mandi untuk cuci muka, sih.

“Sekarang sampai sini dulu ya, anak-anak. Kita lanjut lagi nanti setelah istirahat selesai.” Ucap guruku sambil mengakhiri kelas.

“Baik, Bu…” Jawabku yang bersamaan dengan teman-teman lain.

“Zoomnya Ibu matikan ya, nanti selesai istirahat, gabung lagi dengan link yang sama.” Sambung guruku. 

“Iya, Bu…”

Setelah keluar dari zoom, aku merebahkan diri sebentar di kasur. Teringat saat aku masih belajar di sekolah bersama Nesya dan Keylin. Jajan ke kantin bersama, pulang bersama, mengerjakan tugas, dan lain-lain. Tentu semua itu tak bisa kami lakukan sekarang. Tak terasa, mataku terpejam. Tak lama, tapi juga tak sebentar. Waktu istirahatku habis dengan tidur yang sekejap. Tapi sesudahnya badanku menjadi segar. Lalu aku kembali belajar tanpa hambatan ngantuk lagi hingga jam belajar habis.

Selama dua pekan, kegiatanku selalu sama. Bangun, mandi, sarapan, belajar. Selalu seperti itu setiap hari. Bayangkan betapa bosannya aku selalu dirumah setiap hari. Tapi akhirnya hari-hari daring nan membosankan ini akan segera berakhir. Besok aku sudah diperbolehkan belajar di sekolah lagi. Karena polusi sudah hilang dan berakhir.

Entahlah apakah aku harus senang, atau sedih dengan hari esok. Disatu sisi, aku senang belajar daring karena bisa berkumpul dengan Mama dan Papa. tapi di satu sisi aku juga mau belajar lagi di sekolah bersama teman-teman.

 

“Ma, Pa, bisa nggak kalau pulangnya lebih cepat?” Tanyaku saat makan malam.

“Semoga bisa ya, soalnya Mama dan Papa belum bisa jamin. Karena di jalan biasanya macet.” Jawab Mama.

“Iya, kalau Mama kayak biasa juga nggak apa-apa. Kalau Papa bisa lebih cepat kan?” Aku tidak sabaran.

“Papa tidak janji ya. Tapi nanti akan Papa usahakan.” Ujar Papa.

“Iya…” Balasku.

 

Esoknya, aku belajar di sekolah lagi seperti sebelumnya. Dan benar saja, Mama dan Papa menepati perkataan mereka. Pulangnya, aku istirahat sebentar di kamar. Lalu tak lama kemudian Mama dan Papa pulang. Aku benar-benar tak menyangka. Sepertinya mulai sekarang aku bisa setidaknya berkumpul bersama keluarga. Khususnya saat makan malam sampai menjelang tidur. Kini aku sedikit berterima kasih dengan polusi. Tentu saja, karena dengan polusi, aku bisa berkumpul bersama keluargaku.

Terima kasih sudah membaca ceritaku. Semoga menghibur dan bisa menjadi inspirasi. Jangan lupa kasih komentar dan share ceritaku ya! Terima kasih
Logo anbita

Anbita

Hai, aku narablog cilik. Blog Anbita berisi tulisanku tentang cerita dan pengalaman.

Baca Juga

Copyright @2023 | Anbita