Ke Pantai Carnaval Ancol

Pada suatu hari, Mbak dirumah cerita kalau anaknya minta liburan ke Ancol. Mendengar itu, aku langsung ikutan mengajak Bunda ke Ancol, karena sudah lama kami tidak jalan-jalan. Sampai akhirnya, kami menetapkan waktu untuk ke Ancol bersama Mbak dan dua anaknya. Rencananya kami akan ke ancol naik gocar, dan biar irit bawa makanan dari rumah.

Hari kami ke Ancol pun tiba, setelah semuanya siap Bunda langsung memesan gocar. Setelah gocar sampai, Kami pamit dengan Eyang dan langsung jalan ke Ancol. Sampai di Ancol, kami membeli tiket masuk. Lalu Bunda meminta agar kami diturunkan di dekat pantai saja. Karena memang tujuan kami ke Ancol untuk berenang di pantai. Setelah menemukan tempat untuk menaruh barang-barang, kami bersiap untuk berenang. Tapi karena aku dan adikku tidak bawa baju karena malas bilas nanti, kami tinggal lipat celana aja. Setelah semuanya siap, kami langsung nyemplung ke laut, kecuali aku dan adikku yang besar.

Kami bermain-main di pantai cukup lama dan diselingi dengan makan siang juga, karena cuacanya juga mendukung.  Sampai akhirnya Bunda mengajak aku dan adikku yang besar untuk sholat. Suasana di Musholanya cukup rame, tapi masih ada tempat untuk kami sholat. Selesai sholat, kami langsung ke pantai lagi dan memberitahu ke Mbak agar cepat bilas supaya tidak keburu ramai.

Betul saja, sampai disana, kami sudah tidak dapat air pancuran untuk bilas. Harus menunggu orang lain selesai bilas dulu, baru bisa dapat. Itupun harus cepat-cepat supaya tidak diselak orang lain. Aku sih santai ya, tapi aku harus membantu Dedek yang ikut berenang bersama Mbak dan kedua anaknya. Setelah menunggu cukup lama, kami mendapatkan satu pancuran untuk bilas. Dedek, Mbak, dan dua anaknya langsung bilas sebentar. Setelah bilas, aku menemani Dedek untuk berganti pakaian. Setelah itu kami kembali ke tempat Bunda menunggu. Sambil menunggu Bunda mencari gocar, kami ngemil cemilan yang tadi dibawa, supaya tidak berat bawaannya.

Setelah lama menunggu dan tidak dapat-dapat, akhirnya Bunda memberi tahu sesuatu. Bunda bilang harga gocarnya mahal, karena kita harus membayarkan tiket untuk gocarnya juga agar bisa masuk ke ancolnya. Itu sama saja kami membayarkan abang gocarnya untuk masuk Ancol. Akhirnya Bunda mengajak kami pulang naik Transjakarta. Kami menunggu bus untuk mengantar kami ke depan dekat halte Transjakarta, di dekat pantai. Setelah busnya datang, kami naik. Menurutku bus wara-wiri ini bagus, dan sangat dibutuhkan ketika seperti kami ini. Kalau tidak ada bus, kami harus jalan jauh dulu dong buat sampai ke halte Transjakarta nya. Ternyata kami harus naik lagi bus wara-wiri setelah transit. Sampai di halte Transjakarta, Bunda membelikan kami kartu karena kami tidak bawa kartu Transjakarta. Ternyata Kartunya bisa dipakai buat naik JakLingko lohh. 

Akhirnya setelah naik Transjakarta, kami berkeliling naik JakLingko untuk mencari tahu rutenya kemana saja. Siapa tahu aku dan adikku bisa pulang sekolah naik JakLingko, kan. Setelah berkeliling naik JakLingko, kami pulang ke rumah masing-masing. 

Senang sekali bisa jalan-jalan ke Ancol setelah sekian lama. Meskipun aku tidak berenang sih. Oh iya, yang kepo dengan pengalamanku naik JakLingko 86 kemana aja, cuss langsung baca. Jangan lupa like, komen, dan subscribe yaa, wkwk. Bercanda kok, disini kan nggak ada fitur subscribe dan like nya, pokoknya aku tunggu komenan kamu!😉

Terima kasih sudah membaca ceritaku. Semoga menghibur dan bisa menjadi inspirasi. Jangan lupa kasih komentar dan share ceritaku ya! Terima kasih
Logo anbita

Anbita

Hai, aku narablog cilik. Blog Anbita berisi tulisanku tentang cerita dan pengalaman.

Baca Juga

Copyright @2023 | Anbita