Saat kelas 7, sekolahku mengadakan kegiatan One Day To Write atau disingkat menjadi ODTW. Kegiatan ini berlaku hanya untuk kelas 7, dan semua kelas 7 wajib ikut. Aku yang sudah memiliki beberapa buku antologi sebelumnya, sangat senang. Karena dengan mengikuti kegiatan itu, buku antologi ku bisa bertambah satu.
Oh iya, bagi kalian yang belum tahu, apa sih antologi itu? Jadi, antologi adalah karya gabungan. Antologi juga bisa berbentuk kumpulan cerpen yang ditulis oleh satu orang. Atau beberapa orang yang ceritanya dijadikan satu. Aku pun baru tahu istilah antologi semenjak ikut beberapa kegiatan menulis yang sekarang karyanya sudah menjadi sebuah buku.
Karena saat aku kelas 7 masih dalam masa pandemi, jadi kegiatan ODTW ini dilakukan di aplikasi zoo. Di awal mulai kegiatan, kami diberitahu langkah dan cara menulis cerpen, mengapa harus menulis? Dan lain-lain. Baru setelah itu, kami diperbolehkan menulis cerita kami. Masing-masing siswa diperbolehkan menulis minimal satu halaman. Dengan font times new roman, ukuran hurufnya 12, spasi 1,5, dan memberikan biodata diri beserta foto kami masing-masing.
Seusai zoom, aku langsung memikirkan cerita apa yang akan kutulis kali ini. Sempat berubah beberapa kali waktu itu temanya, tapi aku segera memutuskan akan menulis dengan tema yang mana. Hasil cerita kami dikumpulkan di google classroom, karena waktu itu semua tugas sekolah dikumpulkan di google classroom. Karena dikumpulkan di classroom, semua temanku bisa membaca hasil karanganku. Begitu juga denganku, aku bisa membaca hasil karya mereka juga.
Aku kira, bukunya akan diberikan saat pembagian rapor naik-naikan kelas. Tapi ternyata sudah beberapa bulan aku berada di kelas 8, tidak ada kabar tentang buku kami. Kalau tidak salah bukunya baru dibagikan saat kami semester 1 akhir. Judulnya diambil dari seorang temanku yang sekarang di 8C, yaitu Buku Ajaib. Ceritaku termasuk awal-awal, karena huruf awal namaku A, juga karena kelasku 7A. Jadi serba pertama, haha.😄
Aku senang, karena akhirnya buku yang kutunggu-tunggu mendarat di tanganku. Pengalaman pertamaku menulis antologi bersama teman seangkatan. Ternyata, kegiatan ODTW ini sudah lama berlaku, judul angkatan kakak kelas kami yaituÂ
Beberapa bulan setelahnya, sekolahku mengadakan acara Pentas Seni dan Selebrasi Projek Pelajar Pancasila. Karena angkatanku belum pakai kurikulum merdeka, jadi yang selebrasi hanya anak kelas 7. Sedangkan untuk kelas 8 dan 9 nya yang belum pakai kurikulum merdeka ikut merayakan dengan pentas seni. Nah ternyata di acara ini, diadakan juga launching buku antologi kami waktu kelas 7. Aku ditawari guru bahasa Indonesiaku untuk acara launching buku kami. Tawaran itu termasuk dadakan, karena aku ditanya oleh guruku dua hari sebelum acara. Aku yang ditawari langsung bingung. Karena judul bukunya kan bukan dari ceritaku, kenapa aku yang baca ceritaku? Aku sempat bertanya tentang hal itu, ternyata pemilik cerita Buku Ajaib itu tidak bisa hadir di acara itu. Jadi aku menggantikan temanku untuk membacakan karyaku. Aku akhirnya setuju untuk menerima tawaran itu, untung hanya membaca karya masing-masing saja.
Siangnya, aku dipanggil ke ruang BK untuk melatih intonasi nada dan suara saat aku membaca ceritaku nanti. Setelah sholat zuhur, aku bergegas makan dan menunggu dipanggil oleh guru bahasaku. Ternyata, aku tidak sendiri, ada juga perwakilan dari angkatan kelas 7 yang akan membacakan karyanya bersamaku nanti. Jadi kami di panggung berdua.
Tibalah hari yang ditunggu-tunggu. Aku berangkat ke sekolah memakai baju batik, sesuai instruksi dari guru bahasa ku. Sampai disekolah, aku langsung ke kelas untuk berlatih membaca lagi sendiri. Setelah berlatih beberapa menit, jam menunjukkan pukul 7.30. Semuanya harus berkumpul di lapangan depan aula, karena acara akan dimulai. Yang kurasakan setiap mendapat tugas untuk tampil di panggung hanya dua. Deg-degan dan grogi takut salah. Apalagi acara sudah dimulai, dan urutan aku tampil sudah tidak lama lagi.
Setelah pembukaan dan sambutan, ada beberapa tampilan dulu, yaitu marawis dan pembacaan ayat suci Al-Qur’an. Baru setelah itu giliranku naik panggung. Setelah pembacaan Al-Qur’an selesai, aku bersiap siap untuk naik panggung setelah MC membacakan urutan acara selanjutnya. Urutan acara sudah dibacakan, kini giliran aku dan perwakilan dari kelas 7, sebut saja namanya Salsa. Yang pertama membacakan ceritanya adalah aku, jadi setelah kami mengucapkan salam, aku memulai cerita.Â
Setelah ceritaku selesai, aku memberikan microphone ke Salsa, agar dia bisa segera membacakan ceritanya. Aku mendengarkan Salsa bercerita sambil tidak sabaran ingin turun dari panggung. Rasanya tidak nyaman kalau berdiri di panggung tanpa melakukan apa apa.
Setelah Salsa selesai membacakan kalimat terakhir ceritanya, kami berdua mengucapkan salam dan turun dari panggung. Setelah turun, kami berfoto dengan guru bahasa Indonesia kami. Lalu setelah itu, aku kembali bersama teman-temanku untuk melihat rangkaian acara selanjutnya.