Pengalamanku Naik JakLingko 86

Haii, ketemu lagi deh disini. Gimana baca tulisanku tentang ke pantai Carnaval Ancol? Udah komen belum nih, aku masih nungguin loh, haha.😄 Nah cerita kali ini masih ada kaitannya dengan ceritaku sebelumnya, jadi bagi yang belum baca pindah dulu ke cerita sebelah. Biar nyambung dengan cerita ini nanti. Yang udah baca boleh lanjutin terus sampai bawah kok, aman. Nah, di ceritaku yang berjudul Ke Pantai Carnaval Ancol, aku bilang setelah naik Transjakarta aku lanjut keliling naik JakLingko kan? Iya. Aku bakal mulai dari sini, nih.

Setelah sampai di halte Ancol, aku naik Transjakarta hanya satu kali dan turun di halte Matraman. Karena kami mau melanjutkan keliling dengan mobil JakLingko, akhirnya kami menunggu di selter dekat tangga jalan menuju halte. Kami menunggu dengan penuh kesabaran walaupun sudah capek maksimal karena bermain seharian di Ancol tadi. Nah, saat sedang duduk-duduk sambil mengobrol, tiba-tiba dari jauh terlihat satu mobil JakLingko 86, kami bersiap dong, sudah berdiri dan menggenggam bawaan masing-masing. Kami semua sudah berharap mobil itu berhenti dan kami bisa langsung naik. Tapi ternyata, mobil itu malah tetap berjalan meninggalkan kami yang masih bingung kenapa mobilnya masih tetap jalan. Bunda langsung teriak memanggil dong, berharap supirnya dengar dan berhenti. Harusnya kan memang semua kendaraan umum berhentinya di selter, halte, atau dibawah palang yang sudah disediakan. Karena dipanggil tak juga berhenti, Bunda menyuruh kami untuk melihat ke arah Gang Bunga, karena mobil JakLingko tadi jalan ke arah Gang Bunga.

Saat dilihat, ternyata ada palang pemberhentian khusus untuk JakLingko. Pantes aja tadi JakLingko nya tidak berhenti. Kami lalu langsung pindah tempat untuk menunggu. Setelah penantian lama, akhirnya terlihat mobil JakLingko berbelok ke arah Gang Bunga. Aku senang karena mobilnya datang, tapi kalau isinya penuh sama aja nggak sih? Jadi aku menunggu sambil harap-harap mobilnya kosong. Setelah berhenti dan pintu dibuka, terlihat seorang bapak-bapak duduk pas di belakang pak sopir, Alhamdulillah hanya satu penumpang. Kami naik sambil menempelkan kartu masing-masing. Walaupun tulisannya RP0, kita harus tetap nge-tap loh. Tapi tenang saja, setelah kita menempelkan kartunya, isi di dalam kartu kita tidak berkurang kok. Oh iya, satu kartu hanya bisa dipakai untuk satu penumpang ya, jadi bagi yang belum punya kartu, beli dulu kartunya.

Nah, setelah naik kita bisa melihat banyaknya alat elektronik. Ada televisi kecil di pembatas antara ruang sopir dan penumpang di belakang. Di televisi itu, tertulis halte tujuan selanjutnya, dan beberapa berita pendek seputar Jakarta dan JakLingko. Biasanya, di tempat televisi ini, ditaruh kursi kecil lagi kalau di angkot. Lalu disebelah televisi kecil, ada tempat untuk tap kartu saat kita baru masuk. Kalau tidak salah, ada CCTV juga di dalam mobil, tapi aku lupa menyorot apa saja kamera CCTV itu. Tempat duduknya persis seperti di angkot, bedanya tidak ada kursi tambahan seperti yang aku tulis diatas, dan karena mobil nya ber AC, jadi jendela tidak dibuka.

Dari kursi, kita bisa melihat keadaan luar lewat jendela belakang. Diatas mesin tulisan yang menuliskan mobil Jak berapa dan tujuan halte selanjutnya yang bisa dilihat dari luar. Tapi mesin ini sayangnya menonjol di dalam, jadi sedikit mengganggu kalau berdesak-desakan dan mengharuskan mepet-mepet ke pojok. Apalagi yang memiliki kaki panjang seperti aku, rasanya takut copot malah mesinnya karena tertekan kaki.😄

Kami berganti mobil di terminal Rawamangun. Dan aku baru sadar saat Bunda mencoba bertanya-tanya seputar JakLingko ini, ternyata supir mobil JakLingko yang kami naiki pertama kurang ramah. Tapi sepertinya semua supirnya sama-sama tidak ramah semua, deh. Terbukti saat kami bertanya harus naik mobil yang mana untuk ke terminal Manggarai. Juga setelah sampai di terminal Manggarai, saat Bunda bertanya harus naik mobil ya mana. Pak supirnya hanya menjawab asal-asalan dan tidak niat. Membuat kami kesal, karena tanpa diperlakukan seperti itu pun kami sudah capek. Bayangkan kalian diperlakukan seperti itu saat sedang capek, pasti malah kesal dan akhirnya marah-marah kan. 

Setelah turun dari mobil kedua, kami menunggu mobil selanjutnya yang akan membawa kami pulang. Tapi kami sudah menunggu lama sekali, sangat-sangat lama dari siang tadi kami menunggu mobil setelah dari Transjakarta. Akhirnya, karena sudah malam dan rombongan kami lebih banyak anak-anaknya, Bunda memesan taksi online untuk pulang.

Sebenarnya aku sangat mendukung JakLingko, apalagi gratis tanpa mengeluarkan urang sedikitpun. Tapi kekurangannya ada di pelayanan supirnya, semoga semua supir JakLingko bisa lebih ramah lagi. Bisa lebih banyak lagi jurusannya, dan diperbanyak palang pemberhentiannya, supaya kita tidak jalan terlalu jauh, seperti aku, hehehe.😅

Terima kasih sudah membaca ceritaku. Semoga menghibur dan bisa menjadi inspirasi. Jangan lupa kasih komentar dan share ceritaku ya! Terima kasih
Logo anbita

Anbita

Hai, aku narablog cilik. Blog Anbita berisi tulisanku tentang cerita dan pengalaman.

Baca Juga

Copyright @2023 | Anbita