Sahabat Terbaikku

“Kamu pasti iri kan sama tas baru aku?” tanya Giva sambil memamerkan tas barunya.

“Siapa Juga yang iri sama kamu!” balasku kesal.

 

Ya, itu Giva teman sekelasku yang paling bawel masalah benda baru. Aku sering kali mengabaikan ocehannya. Karena kalau ku ladenin, dia malah semakin menjadi-jadi. Huh aku sangat kesal. Bahkan waktu itu sahabatku pernah salah paham dan hampir musuhan denganku. Itu semua karena ulah Giva. Kalian bisa bayangkan jika kalian diperlakukan seperti itu oleh teman sendiri kan? Terkadang rasanya sakit sekali. Oh iya, kenalkan namaku Alyza dan sahabatku bernama Melody. Dia lah sahabatku yang selalu ada, kami bersahabat dari kelas satu sampai sekarang kelas empat.

 

“Al, tunggu!” teriak Melody dari jauh sambil berlari.

Aku langsung menghentikan langkahku.

“Tadi Giva bilang kamu berangkat kesekolah naik mobil online. Memangnya benar?” tutur Melody.

“Hmm … Iya tadi aku berangkat naik mobil online. Soalnya mobil Ayahku rusak. Bahkan Ayah sendiri berangkat naik taksi tadi. Tapi ini rahasia ya?” jawabku lesu.

“Hey, tak perlu sedih dan tenang, rahasiamu aman. Besok aku jemput kamu di depan rumah ya? Kita berangkat bersama.” ucap Melody.

“Apakah tidak merepotkanmu?” tanyaku.

“Tidak kok, mulai besok aku jemput ya? Sampai mobil Ayahmu bisa dipakai juga boleh.” jawab Melody ramah.

“Terima kasih Mel.” ucapku ceria.

 

Ayahku memang punya mobil, itupun mobil seken harga murah. Ya, keluargaku bisa dibilang sederhana. Saat ayah mampu membeli mobil seken pun kami sudah senang luar biasa. Berbeda dengan Melody yang serba kecukupan. Tapi kami selalu bersama. Disaat sulit maupun bahagia kami selalu bersama. Hanya Melody sahabat terbaikku.

 

“Baik anak-anak kalian boleh pulang.” ucap Bu Santi.

“Terima kasih Bu!” seru semua murid di kelasku.

 “Alyza, mau pulang bareng? Nanti aku antar sampai depan rumahmu kok.” tawar Melody.

“Asalkan tidak membuatmu repot.” jawabku sambil tersenyum.

“Sip, besok juga ya?” tanya Melody memastikan yang tadi pagi.

“Iya, makasih Melody.” ucapku.

Kami pun berjalan ke arah gerbang sekolah. Disana kami menunggu mama Melody. Kata Melody hari ini yang jemput mamanya. Beberapa menit kamudian, terlihat mama Melody sedang menutup pintu mobil dan ingin berjalan kesini. Kami segera berjalan ke arah mama Melody. Oh ya! Baru ingat nama mamanya Melody kalau tidak salah Monica. Kadang kusingkat menjadi ‘tante Mon’. ‘Keluarga M’ begitu aku menyebutnya. Soalnya satu keluarga huruf awalannya ‘M’ semua.

“Hai Alyza.” sapa tante Monica ramah.

“Hai juga Tante, apa kabar? Kita sudah lama tidak bertemu.” jawabku.

“Alhamdulillah baik. Kamu dan keluarga, apa kabar?” tanya tante Monica.

“Alhamdulillah, aku sekeluarga sehat Tante.” jawabku hati-hati, tidak mau rahasiaku terbongkar.

“Ma, mulai hari ini Alyza berangkat bareng aku boleh ya?” tanya Melody dengan muka memelas.

“Boleh dong.” jawab tante Mon singkat.

“Terima kasih Tante.” ujarku senang.

“Sama-sama.” jawab tante sambil tersenyum.

 

Setelah itu kami semua masuk mobil dan berjalan menuju rumahku. Sesampainya di rumahku, kuucapkan terima kasih pada Melody dan tante Mon. Dan berjalan ke gerbang rumahku yang sudah sedikit berkarat. 

“Bunda, aku pulang.” ucapku sambil sedikit berlari.

“Wah, anak Bunda sudah pulang nih. Pulang dengan siapa?” tanya Bunda.

“Sama Melody dan tante Mon.” jawabku.

“Oh, sekarang kamu mandi dulu ya. Setelah itu kita makan siang.” ucap Bunda lembut. Aku suka gaya bicara Bunda yang seperti itu.

“Siap Bunda.” ujarku sambil melangkah ke kamar untuk menaruh tas.

 

Setelah Mandi, aku makan siang bersama Bunda dan adikku Zayn. Selesai makan aku masuk ke kamar, kulihat foto saat aku dan Melody di taman bersama. Aku suka foto itu. Aku ingin selalu bersama Melody. Kau sahabat terbaikku.

Terima kasih sudah membaca ceritaku. Semoga menghibur dan bisa menjadi inspirasi. Jangan lupa kasih komentar dan share ceritaku ya! Terima kasih
Logo anbita

Anbita

Hai, aku narablog cilik. Blog Anbita berisi tulisanku tentang cerita dan pengalaman.

Baca Juga

Copyright @2023 | Anbita